Rabu, 03 November 2010

Parfum vs cologne

Parfum adalah wewangian yang kerap kali digunakan oleh kaum Hawa. Wewangian sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Orang-orang pada zaman dulu menggunakan bunga-bungaan dan tumbuhan yang wangi dan mencampurnya dalam air yang mereka pakai untuk mandi.
Dahulu, di zaman Majapahit, putri-putri dari keraton menggunakannnya. Kebutuhan akan wewangian terus meningkat. Melihat begitu besarnya minat kaum hawa terhadap wewangian, orang pun menciptakan wewangian yang diambil dari sari bunga yang diekstrak. Itulah pertama kali parfum diciptakan.
Ekstrak bunga tersebut memiliki bau sesuai dengan bunga yang dimaksud, misalnya bunga yang diekstrak adalah mawar, maka yang akan didapatkan adalah aroma mawar. Kebutuhan akan wewangian membuka sebuah peluang usaha, baik bagi peracik wewangian, maupun bagi para pencium aroma wewangian, maka itu terciptakan parfum.
Asli dan Abal-abal
Parfum yang diciptakan dari ekstrak tumbuh-tumbuhan asli tidak mengandung alkohol. Namun, memiliki daya tahan wangi yang lama. Oleh sebab itu, parfum sangatlah mahal. Selain karena wanginya bisa sampai berhari-hari, parfum juga tidak berbahaya bagi kulit.
Permintaan yang besar mendesak dan membuat para pengusaha licik memanfaatkan hal tersebut. Banyak sekali orang-orang yang memalsukan parfum asli. Mereka mencampur ekstrak wewangian dan menambahnya dengan alkohol. Daya tahan wanginya sebentar, ditambah bila mengenai kulit akan menyebabkan rasa kering yang tidak nyaman. Namun, karena harganya murah, banyak juga orang yang beralih ke parfum abal-abal tersebut.

Parfum dan Cologne
Di Indonesia, perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang kosmetik memetik ide yang bagus mengenai memanfaatkan wewangian. Mereka lalu menciptakan jenis wewangian yang aman bagi kulit, namanya Cologne. Bentuknya cair dan beberapa di antaranya mengklaim bebas alkohol.
Cologne disanyalir bagus sekali dipakai oleh orang yang baru mandi, atau kalau enggan mandi bisa membasahi diri dengan Cologne. Maka bau tidak sedap yang menguasai tubuh pasti akan menguap segera. Dengan segera pasar Cologne menyerbu, seolah ingin menyingkirkan parfum dari Paris yang harganya bisa sampai membuat kantong kempes.
Sekitar lima tahun lalu (2005) sebuah perusahaan melakukan perubahan pada jenis cologne. Cologne yang semula berupa cairan diubah menjadi jeli dan diklaim lebih wangi dan hemat. Perusahaan tersebut membuat cologne itu dengan beragam tipe sesuai hari. Pada dasarnya, penggunaan jeli ataupun bukan bergantung pada si pemakai, apakah merasa nyaman dengan menggunakan cologne cair, jelli, atau mungkin lebih pede ketika memakai parfum yang mahal, semua diserahkan pada si pemakai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar